Jumat, 16 November 2012

Puisi Gubuk Pelangi Surga

Ketika senyum dunia menyapa  indah
Mengahanyutkan tubuh  dalam heningan  nestapa dunia
Senandung indah terdengar menyejukkan jiwa
Terbawa angin membawa ajakan
Lima lagu merdu menggerakkan badan
Untuk bergerak menjadi yang terdepan
Menjadi yang selalu tentram
Tanpa resah dan kegalauan
Semua saraf ikut manari bersama –Nya
Menngucap lafazh   di setiap detag jantung
Ya Rahiim,,,
Sungguh  Engkau penyejuk jiwa
Memberi kasih sayang, menaburkan ketentraman,
Pelangi surgamu selalu engkau bentangkan
Namun kami hanya lengah,,,,
Hanya melihat tanpa menghadirinya
Hanya mendengar tanpa menyahutnya

Minggu, 21 Oktober 2012

Pengalaman Pertama Menjadi Seorang Citizen Journalism

Suasana hijau nan asri tampak menghiiasi halaman masjid Agung Pelembang di  Jendral Sudirman Palembang Sumatera Selatan.Lahan yang terletak di bundaran kota Palembang dan dekat pasar tradisional 16 Ilir ini sangatlah megah . Namun, jika dilihat lebih mendalam di kawasan  Masjid agung tersebut banyak di temui para gepeng berkeliaran mencari uang dengan cara meminta-minta dengan modal menadahkan kedua  tangannya dan  satu mangkuk  kosong mereka sudah dapat meneriam uang dari orang-orang yang sholat disana.
Gepeng atau pengemis adalah suatu pekerjaan yang sangat merusak keindahan kota. Bagaimana  tidak? Para gepeng hanya bisa berdiam diri mengarap uang datang menghampirinya, sehingga menjadikanya seorang yang pemalas dan tidak pernah bekerja keras.
Sementara itu, Kamis 18 Oktober 2012 pukul 13:10 WIB kami selaku wartawan J02 yang beranggotakan tiga mahasiswi  yaitu Khairunisa, Kurnia, Mellyani Letari melakukan wawancara terhadap tiga orang gepeng  untuk mendapatkan biodata diri mereka.
Dari data yang di peroleh, pengemis tersebut  bernama Sauna bertempat tingal di Jakabaring dekat pesar Induk jembatan satu, dia berasal dari pemulutan, penghasil  yang di dapat saat menjadi pengemis dalam satu hari Rp. 20.000 sampai Rp.25.000, dia beropersi sebagai pengemis  setelah sholat Dzuhur kira –kira pukl 13:00 WIB sampai dengan pukul  16:00 WIB, selain sebagai pengemis ibu Sauna juga bekerja mengambil barang bekas “pemulung”.
“Saya bekerja sebagai peminta-minta hanya di Masjid Agung tidak pernah pindah tempat misalnya di jembatan penyebrangan Intrnasional Plaza atau jembatan lainnya karena kalau dimasjid  Agung selain banyak orang yang beribadah banyak juga di temui orang yang ingin  bersedekah” jelas ibu Sauna.
“bagaimana kondisi  keluarga ibu di rumah ?” tanya Melly selaku crew kodak
“ Ibu mempunyai empat orang anak perempuan dan satu anak laki-laki, anak perempuan ibu semuanya  telah menikah dan sekarang tinggal dengan suaminya di Jalur, satunya lagi yang laki-laki masih tinggal bersama dengan ibu, ia bekerja sebagai kuli  angkut sayur kubis di Pasar Induk Jakabaring, meskipun bekerja namun masih saja kami kekurangan uang untuk makan karena uang  yang diperoleh dari kuli hanya cukup untuk biaya dia sendiri” tutur Sauna kembali
Seiring perkembangan, daerah kota Palembang menjadi kawasan padat dan ramai. Bahkan kawasan  ini pernah mendapat kategori  10 kota terbesar yang ada di indonesia pada tahun 2007 menurut Michael Andreas. Namun, dengan menjadi kategori sebagai kota terbesar di Indonesia dapat menimbulkan dampak  negaifnya jugasebab kota Palembang sebagai kota yang padat akan penduduk tetapi rendah akan lapangan, apabila dibiarkan secara alami akan
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Dengan demikian permasalahan ini menjadi salah satu permasalahan kota yang
sangat penting ditanggulangi, karena akan menimbulkan permasalahan lain yang
berkaitan dengan keamanan masyarakat secara umum .
Dikatakan Sauna penyebab ia bekerja sebagai pengemis karena lima bulan yang lalu rumahnya terbakar sampai  tidak ada barang yang tersisa sehingga rumahnya yang sekarang seperti lapangan bola tidak ada barang lagi di rumahnya. Namun ia juga merasa malu saat harus mengemis tapi apalah daya demi membeli beras da kebutuhan hidup.
  Di selah wawancara ibu sauna juga mengaku  bahwa suaminya hanyalah seorang pemulung , tetapi saat ini suamianya tidak bekerja karena lagi sakit batuk dan juga jarang ada di rumah demi berobat di rumah orang tuanya. Dia juga mengatakan sebelum menjadi pengemis ia prnah menjadi seorang buruh cuci namun ia merasa sangat lelah sebab barang yang dicucinya hanyalah celana jeans. 
Dari hasil wawancara di atas  dapat disimpulkan bahwa masalah yang ada di kota Palembang sangatlah rumit untuk di selsesaikan apalagi menertibkan para pengemis agar jangan sampai berkeliaran di kota BARI yang indah ini. Namun  dengan fasilitas pelayanan yang selalu diberikan kepada orang yang kurang mampu lebih menjadikan mereka hanya menunggu untuk di beri bukan bertekad untuk mengembangkan fasilat yang di berikan oleh pemrintah misalnya berinisiatif dengan membuka usaha dari modal yang yang  mereka teriam dari pemerinta

Foto ini diambil sebagai tugas Antropologi Budaya saat semseter 1
 

JEJAK DALAM KERTAS Template by Ipietoon Cute Blog Design