Kamis, 15 Januari 2015

Cerita Perjalanku Sebagai Peserta YFCC 2014 Part 1

Indah pengalaman tidak ada yang bisa mampu membayarnya. ketika telah datang menyapa menyelipkan keberuntungan kepada meraka yang berharap adalah suatu pengalaman yang tidak bisa digantikan. 
Inilah satu semangat yang baru yang begitu kurasakan. Dengan rasa percaya diri unttuk mendaftrakan dalam suatu seleksi Youth For Climate Camp (YFCC) 2014. Dengan perasaan yakin dan masih pernuh tanya, ku coba membuka webside dan media sosial yang menginformasikan tentang kegiatan yang diadakan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim. satu pertastu persaratan ku isi dengan semangat dan sangat teliti. 
bagiku, ini adalah rahaasia. Ya, ini Rahasia!

Rahasia, karena tidak ada yang tahu saat aku mendaftarkan diri. Menurutku, ketika kita ingin melakukan seseuatu jangan samapai stragtegi kita terbaca dan tersebar ( seperti ujian saja,,heheh). 
Aku menulsiakn  data pribadiku secara lengkap dan beberapa tulisan essay yang harus diisi saat itu. 
(Untuk essay saya sedikit lupa, tetapi masih tetap berkanaan dengan perubahan iklim ya).
Dengan tekad yang telah bulat saya, dan penuh harap saya bisa lulus sebagai peserta. dan Alhamdulillah, saat itu say benar-benar lulus. dan  alhamdulillah saya bisa merasakan  bergabung dan bertemu dengan 200 mahasiswa terbaik Indonesia. Dari seluruh kurang lebih 1000 peserta kami di perkenaan untuk belajar bersama selama 3 hari ( 14-16 November 2014) di Villa Ratu Bogor Jawa Barat.

Sebut saja ini semacam dendam yang harus saya bayar pada diri saya sendiri. Karena sebelum saya mendapaftarkan pada event besar dan bersejarah ini saya sempat menuliskan keinginan saya untuk bisa jalan-jalan keluar kota melihat monas, masjid Istiqlal, Bundaran HI pastinya potret kota Jakarta dan sekitarnya yang biasnaya hany saya lihat lewat televisi saja.
Ini bulir mimoi yang pernah saya tuliskan di dinding impian.

Namun, sebelum kebrengkatan tidak semulus yang saya rasakan seperti mendengarkan pengumuman yang membahagiakan. Sebab, Sebelum kebrengkatan aku masih terkendala oleh dana.  Begitu susahnya menjalin hubungan dengan birokrasi di kampusku. Mahasiswa yang ingin berkembang dan mengharumkan nama universitas tidak di sambut dengan baik. Saat itu untuk perwakilan Sumatera Selatan terpilih 4 perwakilan ( 2 mahasiswa  UNSRI dan 2 mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang). 

Dengan senantiasa selalu tersenyum, aku meyakinkan diriku untuk tetap berangka walaupun tidak mendapatkan dukungan dari kampus. Bismillah, aku siap ntuk melanjutkan perjalan yang masih panjang ini. Dua minggu telah beralalu, tidak ada hasil yang kami peroleh. Selain kesibukan kampus dalam menyambut nama baru yang pada awalnya Institut Agama  Islam Negeri dan beraslih Universitas Islam Negeri ( susuatu yang harus di syukuri). Dan pada saat sehari sebelum keberangkatan kampusku mengadakan seminar Internasional yang berkenaan Islam Melayu. Semua narasumber yang harus di acungi jempol. Sayangnya pada waktu itu tidak mengikuti acaranya dengan baik. 

Kamis, 13 November 2014.  Inilah tanggal keberangakatan yang kupilih bersama temanku.Kebrangatan keluar kota untuk pertamakalinya kurasakan saat itu. Bagiku ini adalah perjalan yang sangat istimewa. Sangat istiwa dan mengharukan tenggelam dalam persiapan keberangatanku dan aku harus tidak mengikuti kegiatan wisuda kakakku. 
Pengalamannya untuk menyandang gelas Sarjana telah didepan matanya bahkan digenggaman. Namun, pada saat itu aku tidak menghadiri acaranya dan hanya sekedar mengucapakan dan meberikan untaian bunga yang saat itu sudah kupersiapakan.

Ini perjalan yang yang serba pertama bagiku. Aku  memilih berangkat menggunakan peswat untuk pertamakalinya. Kamipun mendapatkan jadwal penerbangan malam hari (20:30 WIB). Selain murah, hanya jam itu yang bisa kami pilih untuk penerbangan perdana kami. 

Tiba ddi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Tanjung Api-api aku merasakan atmosfir yang sangat bahagia. Sebulan sebelum keberangakatanku ke Bogor, aku pernah bershalawa dan sambil bedo'a agar sabulan kemudian aku datang lagi ke Bandara. Tetapi, bukan hanya sebagai orang yang mengatar tetapi sebagai penumpang pesawat terbang (Alhamdulillah) kekuatan do'a mengantrakanku duduk di dalam pesawat Lion Air rute Palembang CGK. Saat berada di pesawat yang masih tergolong murah aku masih tetap bersyukur dan menyelipakn do'a di cel;ah pesawat agar kelak aku bisa menjadi penumpang Garuda Indonesia. (heheh)

Satu jamperjalan dan menikmati duduk di dalam pesawat untuk pertama kali seperti biasa saja. Karena saat itu penerbangan kami malam hari jadi aku tidak bisa menikmati pemandangan surga udara. "Rugi, tapi beruntung" inilah kalimat yang kuutarakan sama sahabat perjalannku. Waktu penerbanganpun ku habiskan dengan bedo'a, mengaji, membaca sedikit buku yang terselip di saku kuris pesawat.

Ya,,,,Sampai. Bandara Soekarno Hatta. Halulalang penumpang semakin berkuran. Menghilang, bertambah, menghilang hingga benar benar hanya ada aku dan sahabatku, dan 5 orang yang tidur di kuris tunggu. Mungkin inilah cara hidup seorang backpacker. Aku juga merasakan bagaimana seorang backpacker saat harus memilih tempat umum sebagai tempat beritirahat bahkan tidur untuk memberikan tubuh untuk sekedar beristirahat.

Dengan beralkaskan jaket pink yang kukenakan untuk dijadikan  sebagai Sajadaberbeda dari Kuhantarkan ibadahku sembari mengucap syukur telah diberikan kesempatan untuks holat di Bnadara  dengan cara hanay beralaskan jaket karena saat itu mushola Bandara sudah tutup. Aku pun melanjutkan menimati istirahat sambil memejamkan mata dan menjaga teman perjalananku. Sesekali ia terbangun dan kembali tidur.

Keesokan harinya, pagi yang cerah dengan sambutan berkah subuh aku dan sahabatku bergegas keluar meuju mushola untuk melaksanakan sholat subuh. dan kami lanjutkan menunggu damri menuju pasar senen/ Gambir. Ternyata untuk Damri rute yang dituju sangat lama menunggunya. Hingga kami memilih dan dengan terpaksa untuk menaiki Taksi. Kembali aku mengucap syukur, ini adalah pertamakaliku menaiki taksi. Meskipun, di kota kelahiranku taksi bukanlan kendaraan yang susah ditemukan. Putih dan mahal, itulah yang melekat pada ku. Ciri-ciri taksio yang ku tumpangi pada jum'at pagi itu. Dengan membayar 150ribu dari Bandara ke Taman Ismail Marzuli. Saampailah aku dan sahabatku pada bumi yang kami tuju. Tempat berkumpul pertama peserta YFCC 2014. Dari Taman Ismail Marzuli kami akan diberangkatkan menuju camp tempat bebagi dan berukar ilmu.


Peserta YFCC 2014 ( 200 Mahasiswa terbaik Indonesia dari berbagai Provinsi)

Climate Ranger Sumsel

Foto bersama Pak Ketum (Kang Asep) & Pak Waketum (Kang Dhani) YFCC 2014

Climate ranger Sumatera II (Jambi, Lampung, Sumsel, Bengkulu)

0 komentar:

Posting Komentar

 

JEJAK DALAM KERTAS Template by Ipietoon Cute Blog Design